Mengungkap Silsilah Sunan Gunung Jati
Dalam Naskah-naskah Tradisi Cirebon
Dadan Wildan*
1. Pendahuluan
Sossok Sunan Gunung Jati (SGJ) sampai kini masih diperdebatkan. Sebagian menganggap bahwa SGJ identik dengan tokoh Fatahillah yang berasal dari Pasai, namun sebagian lagi menganggap sebagai dua tokoh yang berbeda; SGJ adalah Syarif Hidayatullah berasal dari Cirebon sementara Fatahillah berasal dari Pasai. Untuk mengungkap sosok SGJ bisa dilacak dari informasi mengenai SGJ. Adapun salah satu informasi yang cukup menarik tentang silsilah SGJ ini berasal dari naskah-naskah dalam tradisi Cirebon.
Silsilah SGJ dalam tradisi tulis dan lisan Cirebon ada yang dihubung-hubungkan dengan tokoh-tokoh pewayangan dan para nabi melalui dua grais, yakni garis kiwa diturunkan dari garis ibu yang biasanya dikaitkan dengan tokoh-tokoh pewayangan dan garis tengen diturunkan dari garis ayah yang biasanya dihubungkan dengan para nabi. Garis hubungan seperti ini terdapat dalam Carub Kanda (CK) koleksi Salana (Pupuh Kedua/Dangdanggula bait kedua sampai kesembilan). Nukilan Sedjarah Tjirebon Asli (NSCA) karangan Pangeran Suleman Sulendraningrat yang diterbitkan tahun 1968 dan 1972, naskah siaran kebudayaan pada Radio Leo Cirebon yang disusun oleh Marsita dan tulisan Masduki Sarpin pada Harian Umum Pikiran Rakyat Edisi Cirebon tanggal 11 September 1990 dengan judul Siapakah Sunan Gunung Jati?
2 Silsilah SGJ Berdasarkan Naskah-Naskah Tradisi Cirebon
Berdasarkan CK, silsilah SGJ dari garis ibu adalah sebagai berikut:
- Nabi Adam berputra
- Yang Widi Nurut, berputra
- Yang Widi Syukur, berputra
- Yang Widi Nubut, berputra
- Jalalu Purba, berputra
- Yang Nakiru, berputra
- Yang Luhur, berputra
- Marija, berputra
- Sira Sesunu, berputra
- Yang Marijatha Widi, berputra
- Bethara Anyalunyu, berputra
- Manon Mayasa, berputra
- Sambrana Aji, berputra
- Begawan Sakutren, berputra
- Sang Sakri Daraningrat, berputra
- Palasara, berputra
- Abiyasa, berputra
- Pandu Dewanata, berputra
- Dipati Arjuna, berputra
- Wara Bimanyu, berputra
- Parikesit, berputra
- Maharaja Udayana berputra,
- Prabu Sri Gendrayana, berputra
- Sri Jaya Naya, berputra
- Prabu Jaya Mijaya, berputra
- Jaya Misesa, berputra
- Kusuma Wicitra, berputra
- Citrasoma, berputra
- Anglingdriya, berputra
- Sang Prabu Selacala, berputra
- Sang Katung Mahapunggung, berputra
- Kendiawan alias Resi Kenduyuhan, berputra
- Lembu Mijaya alias Panji Rawis alias Prabu Lelehan, berputra
- Ciung Wenara, berputra
- Prabu Linggahiyang Sakti, berputra
- Prabu Linggawesi, berputra
- Prabu Wastu, berputra
- Prabu Susuktunggal, berputra
- Munding Kawati, berputra
- Prabu Siliwangi, berputra Walangsungsang, Rarasantang dan Raja Sengara.
Pada NSCA (Sulendraningrat, 1968:34-35) tertulis sebagai berikut:
- Nabi Adam a.s.
- Nabi Sis a.s.
- Sayyid Anwar alias Nuruhu alias Sanghyang Nurcahya
- Sanghyang Nurasa alias Su’ur
- Sanghyang Wenang alias Nubuh,
- Sanghyang Tunggal Sri Mahapunggung alias Jalalu Purba
- Batara Guru alias Manyikeru, beristana di Gunung Tengguru Himalaya, India
- Betara Brama alias Maridj
- Bramani Raras
- Yang Tritusta
- Bagawan Manomanasa
- Bagawan Sambarana
- Bagawan Sukrem
- Bagawan Sakri
- Palasara
- Bagawan Abiyasa
- Pandudewanata
- Arjuna alias Dipati Suryalaga
- Abimanyu alias Anom Permadi
- Parikesit alias Purbasengara
- Aji Hudayana
- Agendrayana
- Setrayana (Prabu Jayabaya)
- Jayamijaya Gung
- Jayamisena
- Prabu Kusumawicitra
- Prabu Citrasoma
- Prabu Pancadria Linuwih
- Prabu Anglingdriya
- Raja Selacaya Anglingdarma
- Yang Sri Mahapunggung Akhir
- Prabu Kendihawan (Dewa Natacengkar)
- Resi Kenduyuhan
- Lembu Amiluhur
- Rawisrangga
- Prabu Lelean (Maharaja Adimulya)
- Prabu Ciung Wanara
- Prabu Dewi Purbasari
- Prabu Lingga Hyang
- Prabu Lingga Wesi
- Prabu Wastu Kencana
- Prabu Susuk Tunggal
- Prabu Banyak Larang
- Prabu Banyak Wangi
- Prabu Mundingkawati
- Prabu Anggalarang
- Prabu Siliwangi
- Ratu Mas Rarasantang Syarifah Mudaim
- Sunan Gunung Jati Cirebon Syekh Syarif Hidayatullah.
Adapun dari garis ibu yang tidak dihubungkan dengan tokoh pewayangan terdapat dalam Sulendraningrat (1976:52-54) sebagai berikut:
- Prabu Lelean (Maharaja Adimulya)
- Prabu Ciung Wanara
- Prabu Dewi Purbasari
- Prabu Lingga Hyang
- Prabu Lingga Wesi
- Prabu Wastu Kencana
- Prabu Susuk Tunggal
- Prabu Banyak Larang
- Prabu Banyak Wangi
- Prabu Mundingkawati
- Prabu Anggalarang
- Prabu Siliwangi
- Ratu Mas Rarasantang Syarifah Mudaim
- Sunan Gunung Jati Cirebon Syekh Syarif Hidayatullah.
Marsita menulis silsilah SGJ untuk siaran kebudayaan pada Radio Leo Cirebon sebagai berikut:
- Nabi Adam a.s
- Nabi Sis beristri Dewi Jelajah, berputra
- Sayid Anwar alias Nuruhu atau Sanghyang Nurcahya beristri Dewi Nurini, berputra
- Su’ur alias Sanghyang Nurasa beristri Dewi Ranatika, berputra
- Nubuh alias sanghyang Wenang beristri Ratna Sayuti, berputra
- Jalalu Purba alias Sanghyang Tunggal atau Sri Mahapunggung awal beristri Dewi Rekatawati, berputra
- Manyikeru alias Betara Guru atau Sanghyang Manik Maya (Iwang Pramesti Dewa Guru), berputra
- Maridz alias Betara Brahma beristri Sauti, berputra
- Naibramani atau Brahmani raras beristri Dewi Rarasati, berputra
- Hyang Tritusta beristri ratna Diwati, berputra
- Begawan Manomayasa beristri Dewi ratnawati, berputra
- Begawan Sambarana, berputra
- Begawan Suktrem (Sakutrem) beristri Ratna Nilawati, berputra
- Bagawan Sakri berisi Dewi Sakti (Dewi Adresyanti), berputra
- Bagawan Palasara beristri Dewi Durgandini berputra
- Bagawan Abiyasa (Krena Dwipayana) beristri Dewi Ambika, berputra
- Pandudewanata beristri Kunti Nalibrata, berputra
- Janaka (Arjuna, Dipati Suryalaga, Permadi, Dananjaya) beristri Mayangarum Sari, berputra
- Anom Permadi (Abimanyu, Angkawijaya)beristri Dewi Utari, berputra
- Purbasengara (Parikesit, Prabu Lare) beristri Dewi Tapen, berputra
- Aji Hudayana beristri Gendrawati Patuama, berputra
- Agendrayana beristri Patmawati, berputra
- Setyana (Prabu Jayabaya) beristri Dewi Sara, berputra
- Jayamijaya Gung, berputra
- Jayamisena, berputra
- Prabu Kusumawicitra, berputra
- Prabu Citrasoma, berputra
- Prabu Pancadria Linuwih, berputra
- Prabu Anglingdriya, berputra
- Raja Selacaya (Angling Darma), berputra
- Prabu Hyang Sri Mahapunggung (Akhir), berputra
- Prabu Kendiawan (Dewa Nata Cengkar), berputra
- Resi Kenduyuhan, berputra
- Prabu Lembu Amiluhur, berputra
- Prabu Rawisrengga, berputra
- Prabu Adimulya (Raden Lelean), berputra
- Prabu Ciung Wanara, berputra
- Sri Ratu Purbasari, berputra
- Prabu Linggahyang, berputra
- Prabu Linggawesi, berputra
- Prabu Wastu Kencana, berputra
- Prabu Susuk Tunggal, berputra
- Prabu Banyak Wangi, berputra
- Prabu Mundingkawati, berputra
- Prabu Anggalarang, berputra
- Prabu Siliwangi beristri Subangkranjang, berputra
- Sri Mangana (Pangeran Cakrabuana, Walangsungsang, Haji Abdullah Iman, Ki Sangkan, Ki Kuwu Cirebon), Rarasantang ibunda Syarif Hidayatullah, dan Raja Sengara.
Masduki Sarpin dalam harian Umum Pikiran Rakyat Edisi Cirebon1 tanggal 11 September 1990 menampilkan silsilah Sunan Gunung Jati dari garis ibu sebagai berikut:
- Nabi Adam a.s.
- Nabi Sis
- Anwar (Sanghyang Nurcahya)
- Sanghyang Nurasa
- Sanghyang Wenang
- Sanghyang Tunggal
- Betara Guru
- Brahma
- Brahmasada
- Brahmasatapa
- Parikenan
- Manumayasa
- Sekutrem
- Sakri
- Palasara
- Abiyasa
- Pandu Dewanata
- Arjuna
- Abimanyu
- Parikesit
- Yudayana
- Yudayaka
- Jaya Amijaya
- Kendrayana
- Sumawicitra
- Citrasoma
- Pancadriya
- Prabu Suwela
- Sri Mahapunggung
- Resi Kandihuwan
- Resi Gentay
- Lembu Amiluhur
- Panji Asmarabangun
- Rawis Rengga
- Prabu Lelea
- Mundingsari
- Mundingwangi
- Jaka Suruh
- Prabu Siliwangi
- Nyi Mas Rarasantang
- Sunan Gunung Jati
CPCN karangan Pangeran Arya Cirebon (1720) yang diterbitkan Atja menyajikan garis keturunan SGJ dari garis ibu yang tertulis pada halaman (naskah) lima baris keenam sampai halaman enam baris keempat (Atja, 1986:118) sebagai berikut:
Naskah CPCN |
Terjemahan |
ika hana pwa Sang Prabu Siliwangi//
ika anakiran Sang Prabu Anggalarang/ Sang Prabu Anggalarang anak ing Sang Prabu Mundhingkawati/ Sang Prabu Mundhingkawati anak ing Banyakwangi/ Sang Prabu Banyakwangi anak ing// Sang Prabu Banyaklarang/ Sang Prabu Banyaklarang anakira Sang Prabu Susuktunggal/ Anak ing Sang Prabu Wastukancana/ Sang Wastukancana anakira Sang Prabu Linggawesi// Sang Prabu Linggawesi anakira Sang Prabu Linggahiyang/ Sang Prabu Linggahiyang anakira Sri Ratu Purbasari/ Sri Ratu Purbasari anakira Sang Prabu Ciungwanara/ Prabu Ciungwanara anak ing ing Maharaja Galuh Pakwan// yeka Maharaja Adimulya ngaranira … (Atja, 1986:118)
|
Adapun Sang Prabu Siliwangi
adalah putera Sang Prabu Anggalarang. Sang Prabu Anggalarang putera Sang Prabu Mundingkawati. Sang Prabu Mundingkawati putera Banyakwangi. Sang Prabu Banyakwangi putera Sang Prabu Banyaklarang. Sang Prabu Banyaklarang putera Sang Prabu Susuktunggal. Ia putera Sang Prabu Wastukancana. Sang Wastukancana putera Sang Prabu Linggawesi. Sang Prabu Linggawesi putera Sang Prabu Linggahiyang. Sang Prabu Linggahiyang putera Sri Ratu Purbasari. Sri Ratu Purbasari puteri Sang Prabu Ciungwanara. Prabu Ciungwanara putera Maharaja Galuh Pakwan, yaitu Maharaja Adimulya namanya … (Atja, 1986:156) |
Uraian di atas dapat diurutkan — dari leluhurnya—sebagai berikut:
- Maharaja Galuh Pakwan, Maharaja Adimulya
- Prabu Ciyungwanara
- Sri Ratu Purbasari
- Prabu Linggahiyang
- Prabu Linggawesi
- Prabu Wastukancana
- Prabu Susuktunggal
- Prabnu Banyaklarang
- Prabu Banyakwangi
- Prabu Mundingkawati
- Prabu Anggalarang
- Prabu Siliwangi.
Berikut ini tabel perbandingan silsilah keturunan SGJ dari garis kiwa (ibu)
CK |
NSCA |
MRST |
MSDK |
CPCN |
|
Wenang / Nubuh
|
|
|
Prabu Siliwangi. |
Dari tabel di atas terdapat kesamaan silsilah Sunan Gunung Jati dari pihak ibu yang menampilkan nama dari tokoh-tokoh pewayangan, kecuali naskah CPCN yang mengawali silsilah keturunannya dari Maharaja Galuh Pakwan, Maharaja Adimulya. Persamaan dari keempat naskah tersebut adalah:
- Nabi Adam
- Nabi Sis2
- Sanghyang Nurcahya3
- Sanghyanhg Nurasa4
- Sanghyang Wenang5
- Sanghyang Tunggal/Jalalu Purba
- Betara Guru/Manyikeru6
- Betara Brahma/Maridj7
- Bramanai Raras8
- Yang Tritusta
- Bagawan Manonmayasa
- Bagawan Sambarana9
- Bagawan Sukrem10
- Bagawan Sakri
- Palasara
- Bagawan Abiyasa
- Pandudewanata
- Arjuna
- Abimanyu
- Parikesit
- Aji Hudayana11
- Agendrayana
- Prabu Jayabaya12
- Jayamijaya13 Gung
- Jayamisena14
- Prabu Kusumawicitra
- Prabu Citrasoma
- Prabu Pancadria15
- Prabu Anglingdriya
- Raja Selacaya
- Sri Mahapunggung (Akhir)
- Prabu Kendihawan16
- Resi Kenduyuhan
- Lembu Amiluhur17
- Rawisrangga
- Prabu Lelean (Maharaja Adimulya)
- Ciung Wanara
- Dewi Purbasari18
- Linggahiyang
- Linggawesi
- Wastukancana
- Susuktunggal
- Banyaklarang19
- Banyakwangi
- Mundingkawati
- Anggalarang20
- Siliwangi
- Ratu Mas Rarasantang Syarifah Mudaim
- Sunan Gunung Jati Cirebon Syekh Syarif Hidayatullah.
Munculnya nama Nabi Adam dan Nabi Sis kemudian diselingi oleh nama-nama para dewa dan tokoh pewayangan mengisyaratkan adanya proses sinkretis dalam pemahaman ajaran agama — dan tradisi masyarakat Jawa — terutama pada masa peralihan dari agama Hindu-Budha kepada agama Islam. Pola akomodatif dan sinkretis yang dilakukan para penyebar agama Islam dalam tahap awal menyebabkan pengaruh yang besar dalam tulisan-tulisan mengenai tokoh-tokoh Islam seperti SGJ. Munculnya nama-nama Sanghyang Nurcahya, Sanghyang Nurasa, Sanghyang Wenang, Sanghyang Tunggal/Jalalu Purba dan Betara Guru/Manyikeru, misalnya, menunjukkan upaya pemasukan unsur-unsur kepercayaan tradisional Sunda dan pengaruh Hindu Budha kepada garis keturunan SGJ sebagai upaya legitimasi bahwa SGJ merupakan keturunan dari para dewa dalam tradisi Sunda.21
Demikian pula munculnya nama-nama dari dunia pewayangan yang berawal dari Nabi Adam dan Nabi Sis dalam silsilah di atas menunjukkan adanya pengaruh “rekayasa”sebagaimana dikemukakan Montana (1995:16) bahwa tokh wali yang silsilahnya ditarik mundur sampai ke Nabi Adam adalah rekayasa belaka. Apalagi jika dihubungkan dengan tokoh-tokoh pewayangan yang — jika ditelusuri ke masa awal penyebaran agama Islam — diambil dari pertunjukan wayang sebagai media dalam proses Islamisasi. Dalam pertunjukan wayang pada masa itu tidak hanya diartikan secara harfiah saja sebagai entertainment tetapi lebih dimanfaatkan sebagai perlambnag. Sunan Kalijaga, misalnya, dapat meyakinkan bahwa kalimasada yang semula berarti sebuah jimat yang sakti adalah perubahan ucapan dari Kalimah Syahadat, padahal pengertian semula dari bahasa Sanskerta Kali Maha Usadha yang artinya Dewa Kali (Durga) Maha Tabib, maksudnya barangsiapa mengabdi kepad Dewa Kali akan selalu mendapat keselamatan, kesehatan dan kebahadiaan. Akan tetapi, dalam proses Islamisasi masyarakat Jawa, ucapan kalimasada dimaksudkan sebagai Kalimah Syahadat yang ucapannya memang mirip.
Sunan Kalijaga menyatakan bahwa pertunjukan wayang sebenarnya adalah perhiasan tunggal yang dinamakan perhiasan syariat (syarenga). Wayang-wayang itu adalah manusia sejagat, dalangnya adalah Allah, sang pencipta jagat (alam semesta). Wayang tidak akan bergerak dengan sendirinya kalau tidak digerakkan dalang, demikian pula semua mahluk itu tidak akan bergerak tanpa kersaning Pangeran (kehendak Tuhan) Yang Mahagung, yang mencipta jagat (Montana, 1995:18). Adapun hakikat wayang — yang ditampilkan sebagai garis keturunan SGJ — yang teradapat dalam naskah-naskah tradisi Cirebon mungkin merupakan penuturan kembali dari berbagai kisah pewayangan. Munculnya nama-nama Pandudewanata, Arjuna dan Abimanyu, misalnya menunjukkan tradisi masyarakat yang selalu mengagungkan nama-nama ini. Arjuna dengan ketampanannya, misalnya, dikaitkan dengan keturunan anak laki-laki yang ditampilkan dalam upacara tujuh bulanan dengan menggambar tokoh Arjuna pada buah kelapa. Dalam pandangan Wiryamartana (1990:328) perlambang Arjuna adalah perlambang sebagai manusia sakti dan pertapa, kesatria dan manusia teladan, sehingga tidak mengherankan apabila penulis naskah memasukkah Arjuna dalam silsilah SGJ dari pihak ibu.
Sementara silsilah SGJ dari garis ayah (tengen) tidak menghubungkannya dengan tokoh-tokoh pewayangan yang berasal dari silsilah raja-raja dan agama Hindu dari garius kiwa, namun dihubungkan dengan para nabi dari agama Islam. Beberapa naskah, buku dan hasil penelitian yang menampilkan silsilah SGJ tanpa menghubungkan dengan tokoh-tokoh pewayangan antara lain Babad Tanah Sunda (tt), Nukilan Sedjarah Tjirebon Asli (1968, 1972) dan Sejarah Cirebon (1976) yang ditulis oleh Pangeran Suleman Sulendraningrat, naskah siaran kebudayaan pada Radio Leo yang disusun oleh Marsita, tulisan Masduki Sarpin (Pikiran Rakyat, 11 September 1990), Carita Purwaka Caruban Nagari(CPCN) karya Pangeran Arya Cirebon yang diterbitkan oleh Atja (1972,1986) serta hasil penelitian Abdullah bin Nuh (1978).
Pada NSCA Sulendraningrat (1968:33-34) menyajikan silsilah SGJ dari garis ayah sebagai berikut:
- Siti Fatimah binti Muhammad SAW menikah dengan Sayyidina Ali bin Abi Tahlib ra.
- Husain Assabti
- Jaenal Abidin
- Muhammad Al Bakir
- Jafar Shadiq
- Kasim al Kamil (Ali al Uraid)
- Muhammad an Naghib (Idris)
- Isa al Basri (al Bakir)
- Ahmad al Muhajir
- Uabaidillah
- Muhammad
- Alwi
- Ali al Gazam
- Muhammad
- Alwi Amir Faqih
- Abdul Malik
- Abdullah Khan Nurdin (Amir)
- Al Amir Ahmad Syejh Jalaludin
- Jamaluddin al Husein
- Ali Nurul Alim
- Syarif Abdullah (Sultan Mesir)
- Syarif Hidayatullah.
Marsita menyajikan Silsilah sebagai berikut:
- Nabi Adam as.
- Nabi Sis
- Anwas
- Qinan
- makail
- Yarid
- Sam
- Arfakhsyadz
- Finan
- Syalikh
- Abir
- Urgu
- Sarug
- Nakhur
- Tarikh
- Nabi Ibrahim as
- Nabi Ismail as
- Haidar
- Jamal
- Sahail
- Binta
- Salaman
- Hamyasa
- Adad
- Addi
- Adnan
- Ma’ad
- Nizar
- Mudhor
- Ilyas
- Mudrikhah
- Khuzaimah
- Kinaan
- Nadhar
- Malik
- Fihir
- Ghalib
- Lauiy
- Kaab
- Murrah
- Kilab
- Qushay
- Abdul Manap
- Hasyim
- Abdul Muthalib
- Abdullah
- Nabi Muhammad SAW
- Fatimah Azzahra, menikah dengan Ali, berputra
- Sayyid Husein Assabti
- Iman Zaenal Abidin
- Muhammad al Bakir
- Jafarus Shadiq
- Ali al-Uraidi Kasim al Kamil
- Muhammad an Nakib Ibris
- Isa al Basri al Bakir
- Ahmad al Muhair
- Ubaidillah
- Muhammad
- Alwi
- Ali ag Gajam
- Muhammad
- Alwi Amirfakih
- Maulana Abdulmalik
- Abdul Khan Nurdin Amir
- Al Amir Ahmad Syekh Jalaludin
- Ali Nurul Alim
- Syarif Abdullah, menikah dengan Rara Santang, berputra
- Syarif Hidayatullah.
Masduki Sarpin dalam Harian Umum Pikiran Rakyat Edisi Cirebon tanggal 11 September 1990 menampilkan silsilah sebagai berikut:
- Nabi Adam as
- Nabi Sis
- Anwas
- Qinan
- Makhqil
- Yarid
- Makhnukh
- Matusalh
- Lamiq
- Nabi Nuh as
- Syams
- Arfakhsyal
- Finan
- Syalikh
- Abir
- Urghu
- Surogh
- Nakhur
- Trikh
- Nabi Ibrahim as
- nabi Ismail
- Haidar
- Jamal
- Sahail
- Biniah
- Saiman
- Hamyasa
- Adad
- Addi
- Adnan
- Ma’ad
- Nizar
- Mudhor
- Ilyas
- Mudrikhah
- Kinanah
- Kuarenah
- Nadhor
- Malik
- Fihrin
- Gholib
- Luaiy
- Ka’ad
- Murroh
- Kilab
- Qusay
- Abdul Manaf
- Hasyim
- Abdul Muthalib
- Abdullah
- Nabi Muhammad SAW
- Siti Fatimah
- Sayid Husain
- Zainal Abidin
- Zainal Alim
- Zainal Kubro
- Zainal Husain
- Sultan Khut
- Sunan Gunung Jati.
Pada CPCN halaman (naskah) 59 baris pertama sampai halaman 60 baris ke-13 (Atja, 1986:137-138) ditampilkan sebagai berikut:
Naskah CPCN |
Terjemahan |
Kawruhan ta dheng sakweh[wa]an/59
Susuhunan Jati Purba ika anakira Sarip Abdullah kang atemu tangan lawan putri sakeng Mesir nagari// Nurul Alim anak ing Jamaludin kapernah ing Kemboja nagari yata anak ing Jamaludin/ Jamaludin anak ing Amir/ Amir anak ing Abdulmalik kapernah ing Indiya nagari// Anak ing Alwi kapernah ing Mesir nagari/ Alwi anak ing Muhamad/ Muhamad anak ing Ali Gajam/ Ali anak ing Alwi Alwi anakira Muhamad/ Muhamad anak ing Baidillah//60 Baidillah anak ing Ahmad/ Ahmad anakira Al Bakir/ Al Bakir anak ing Idris/ Idris anak ing Kasim al Malik/ Kasim anakira Japar Sadik/ Kapernah ing Parsi/ Japar Sadik anak ing Muhamad Bakir/ Muhamad Bakir anakira Jenal Abidin/ Jenal Abidin anak ing Sayid Husen/ Sayid Husen anak ing Sayidina Ali kang atemu tangan lawan Siti Patimah anak ing Rasul Muhammad nabi kang luhung … (Atja, 1986:137-138)
|
Ketauilah oleh sekalian bahwa
Susuhunan Jati Purba itu putera Sarip Abdullah yang beristrikan puteri dari negeri Mesir. (Ali) Nurul Alim putera Jamaludin berasal dari negeri Kemboja, ialah putera Jamaludin. Jamaludin putera Amir, Amir putera Abdulmalik berasal dari negeri India, Ia adalah putera Alwi berasal dari negeri M0esir. Alwi putera Muhamad. Muhamad putera Ali Gajam Ali putera Alwi Alwi putera Muhamad Muhamad putera Baidilah Baidilah putera Ahmad Ahmad putera al Bakir Al Bakir putera Idris Idris putera Kasim al malik Kasim al Malik putera Japar Sadik Dari Parsi Japar Sadik putera Muhamad Bakir Muhamad Bakir putera Jenal Abidin Jenal Abidin putera Sayid Husen Sayid Husen putera Sayidina Ali yang beristrikan Siti Patimah, puteri Rasul Muhammad Nabi yang mulia…
(Atja, 1986:174-175)
|
Uraian di atas dapat diurutkan sebagai berikut:
- Rasul Muhammad
- Sayid Ali yang beristrikan Fatimah
- Sayid Husen
- Sayid Abidin
- Muhamad Bakir
- Japar Sadik dari Parsi
- Kasim al Malik
- Idris
- Al Bakir
- Ahmad
- Baidillah
- Muhammad
- Alwi dari Mesir
- Abdulmalik
- Amir
- Jamaludin dari Kamboja
- Ali Nurul Alim beristri putri Mesir
- Sarip Abdullah
Sementara itu Abdllah bin Nuh (Syamsu As, 1996:68-69) menyusun silsilah Sunan Gunung Jati dari garis ayah dengan merujuk pada hasil susunan Sayid Ahmad Abdullah Assegaf yang ditulis dalam bahasa Arab yang diambil dari Pakem Banten sebagai berikut:
- Sayidina Muhammad Rasulullah Saw.
- Sayidina Ali, suami Sayidina Fatimah
- Sayidina Husein
- Ali Zainal Abidin
- Muhammad Al Baqir
- Ja’far ash Shadiq
- Ali al Uraidhi di Madinah
- Sayid Isa di Basrah
- Ahmad al Muhajir di Hadramaut
- sayid Abdullah al-Ardh Bur, hadramaut
- Sayid Ali di Samal, Hadramaut
- Sayid Ali di Bait Juber, Hadramaut
- Sayid Ali Khali’ Gasam di Tarim, Hadramaut
- Sayid Muhammad Shahib Mirbath di Zafar, Hadramaut
- Sayid Alwi di Tarim, Hadramaut
- Amir Abdl Muluk di Hindustan
- Ahmad Syah Jalal di Hindustan
- Maulana Jamaludin al Akbar al Husein di Bugis
- Ali Nurul Alam di Siam/ Thailand
- Raja Umdatuddin Abdullah di Cempa
- Syarif Hidayatullah di Cirebon.
Berikut ini tabel perbandingan silsilah keturunan SGJ dari garis tengen (garis ayah)
NSCA |
MRST |
MSDK |
CPCN |
PB |
|
|
|
|
Dari tabel di atas teradapat kesamaan silsilah SGJ dari garis ayah yang menampilkan nama dari para nabi. Silsilah yang ditulis oleh Marsita dan Masduki Sarpin mengawalinya dari Nabi Adam, sementara NSCA, CPCN dan PB memulainya dari Nabi Muhammad Saw atau Sti Fatimah binti Muhammad. Jika diurutkan silsilah SGJ dari garis ayah dengan memadukan seluruh sumber di atas akan diperoleh urutan sebagai berikut:
- Nabi Adam as.
- Nabi Sis
- Anwas
- Qinan
- Makail
- Yarid22
- Sam
- Arfakhsyadz
- Finan
- Syalikh
- Abir
- Urgu
- Sarug
- Nakhur
- Tarikh
- Nabi Ibrahim as
- Nabi Ismail as
- Haidar
- Jamal
- Sahail
- Binta
- Salaman
- Hamyasa
- Adad
- Addi
- Adnan
- Ma’ad
- Nizar
- Mudhor
- Ilyas
- Mudrikhah
- Khuzaimah
- Kinaan
- Nadhar
- Malik
- Fihir
- Ghalib
- Lauiy
- Kaab
- Murrah
- Kilab
- Qushay
- Abdul Manap
- Hasyim
- Abdul Muthalib
- Abdullah
- Nabi Muhammad SAW23
- Fatimah Azzahra, menikah dengan Ali, berputra
- Sayyid Husein Assabti
- Iman Zaenal Abidin
- Muhammad al Bakir
- Jafarus Shadiq
- Ali al-Uraidi Kasim al Kamil24
- Muhammad an Nakib Ibris
- Isa al Basri al Bakir
- Ahmad al Muhair
- Ubaidillah25
- Muhammad26
- Alwi
- Ali al Gajam
- Muhammad
- Alwi Amirfakih
- Maulana Abdulmalik
- Abdul Khan Nurdin Amir
- Al Amir Ahmad Syekh Jalaludin27
- Ali Nurul Alim
- Syarif Abdullah, menikah dengan Rara Santang, berputra
- Syarif Hidayatullah.
Pada urutan di atas yang dimulai dari Nabi Adam As, antara tulisan MRST dengan MSDK terdapat persamaan hingga urutan keenam, Yarid. Dari Yarid, Msdk masih menulis keturunan berikutnya yakni Makhnukh, Matusalh, Lamiq dan nabi Nuh As, lalu ke Sayams, sementara MRST dari Yarid langsung ke Syams. Dari Syams hingga Nabi Muhammad urutan MRST dengan MSDK sama. Secara umum dilihat dari persamaan keturunan dari masing-masing sumber, SGJ adalah keturunan ke-21 dari Nabi Muhammad Saw. Perbedaan yang mencolok terdapat pada MSDK setelah urutan dari Nabi Muhammad, pada MSDK hanya mencantumkan delapan keturunan yakni Siti fatimah, Sayyid Husain, Zainal Abidin, Zainal Alim, Zainal Kubro, Zainal Husain, Sultan Khut dan Sunan Gunung Jati, sementara sumber lain mencantumkan lebih banyak dan bervariasi, NSCA hingga 23 keturunan, MRST 22 keturunan, CPCN 18 keturunan dan PB 21 keturunan.
Dari beberapa silsilah SGJ di atas terdapat perbedaan dan persamaan di antara urutan nama dan sumber rujukan, baik dari garis ayah maupun dari garis ibu. Perbedaan mencolok terdapat pada silsilah SGJ dari garis ibu yang mencantumkan nama-nama dari tokoh pewayangan yang bersumber dari ajaran agama Hindu, sementara dari garis ayah justru mencantumkan para nabi dalam agama Islam.
3 Makna yang Terkandung dalam Silsilah SGJ
Makna yang terkandung di dalam silsilah SGJ di atas menunjukkan adanya upaya legitimasi SGJ senbagai orang yang mempunyai otoritas kekuasaan sebagai Sultan Cirebon dengan menghubungkan silsilah keturunan dari garis ibu dengan Prabu Siliwangi penguasa kerajaan Pajajaran di Jawa Barat dan otoritas keilmuan (agama Islam) dengan menghubungkan silsilah keturunannya dari garis ayah dengan Nabi Muhammad Saw.
Dalam silsilah ini teradpat motif para dewa yang dalam indeks motif Thompson termasuk dalam kelompok A100-a499; gods dengan munculnya tokoh-tokoh para dewa — sebagaimana cerita tentang dewa yang tinggal dan mati di dunia lain (A108; god of the living and the dead in the otherworld) dalam cerita rakyat Cina (Thompson, 1955:74) — terutama para dewa dari dunia pewayangan dalam silsilah SGJ dari garis ibu; dan A500-599; demigods and culture heroes motif para tokoh setengah dewa dan pembawa kebudayaan dalam kelompok A501; groups of demigods (kelompok tokoh setengah dewa)(Thompson, 1955:116) dengan munculnya tokoh-tokoh pembawa ajaranagama dan kebudayaan (Islam) yakni para nabi, dari Nabi Adam hingga Nabi Muhammad dan para guru agama Islam dari silsilah SGJ dari garis ayah.
Munculnya silsilah ini merupakan ciri khas dari cerita legenda yang menghubungkan keturunan seseorang dengan tokoh-tokoh tertentu yang mempunyai tujuan tertentu pula, baik sebagai upaya untuk mensucikan tokoh itu maupun melegitimasikan keberadaannya sesuai dengan kedudukannya.
Adapun motif para dewa dan pembawa kebudayaan diduga penulis karya ini mempunyai maksud melegitimasikan SGJ sebagai penguasa kerajaan Cirebon yang ada hubungan genealogis dengan tokoh-tokoh pewayangan dan para raja di kerajaan Pakuan Pajajaran. Dengan disajikannya tokoh-tokoh tersebut, maka SGJ adalah sah sebagai penguasa (susuhunan) di kerajaan Cirebon. Sementara ditampilkannya tokh pembawa ajaran agama Islam adalah sebagai legitimasi SGJ sebagai penyebar agama Islam, hal ini ditunjukkan dengan ditampilkannya SGJ sebagai keturunan Nabi Muhammad Saw sebagai pembawa ajaran Islam.
4. Penutup
Berdasarkan sumber informasi dari naskah-naskah tradisi Cirebon mengenai SGJ dapat disimpulkan bahwa SGJ ternyata berbeda dengan Fatahillah , ia bukan tokoh yang identik, melainkan tokoh yang berbeda dari aspek keturunan (silsilah) berdasarkan naskah tradisi Cirebon.
Upaya memunculkan SGJ dengan dua garis keturunan Islam dan kerajaan Sunda merupakan upaya legitimasi yang sah bahwa SGJ adalah penyebar agam Islam sekaligus juga sebagai penegak kekuasaan Islam di Jawa Barat. ***
* Dr.H.Dadan Wildan, Drs., M.Hum. adalah Staf Pengajar FKIP Universitas galuh Ciamis, Doktor Filologi dari Universitas Padjadjaran Tahun 2001.
1 Menurut redaksinya, surat kabar tersebut banyak sekali menerima surat pembaca yang bertanya tentang siapakah sesungguhnya Sunan Gunung Jati. masduki sarpin menjawab keinginan pembaca dengan menampilkan silsilah Sunan Gunung Jati dari garis ayah dan ibu tanpa menyebut sumber rujukannya.
2 CK idak menyebut Nabi Sis setelah Nabi Adam tetapi langsung kepada Yang Widi Nurut
3 CK tidak menyebut Sayid Anwar atau Nuruhu atau Sanghayang Nurcahya, tetapi Yang Widi Nurut. Dari kata Nurut kemungkinan besar nama ini adalah nama lain dari Sanghyang Nurcahya.
4 CK tidak menyebut nama Sanghyang Nurasa tetapi langsung kepada yang Widi Nubut.
5 CK = Yang Widi Nubut
6 CK = yang Nakiru
7 CK=Yang Widi Nubut
8 Mulai keturunan kesembilan hingga kesebelas antara CK, MSDK, NSCA dan MRST menampilkan nama-nama dan urutan yang berbeda. Pada CK dan MSDK keturunan dari Marija ke Manonmayasa diselingi tiga nama yakni keturunan kesembilan hingga kesebelas mulai dari Sira Sesunu, Marijatha Widi dan Betara Anyalunyu, pada MSDK adalah Brahmasada, Brahmasatapa dan Parikenan. Sementara pada NSCA dan MRST hanya diselingi oleh dua nama yakni Bramani Raras dan Yang Tritusta. Mulai keturunan ke-12 pada CK dan MSDK dan ke-11 pada NSCA dan MRST terdapat kesamaan, yakni Manonmayasa.
9MSDK tidak menyebut Sambarana tetapi langsung ke Sakutrem
10 CK= Sakutren
11 CK = Maharaja Udayana, MSD Yudayana
12 CK = Sri Jayanaya
13 MSDK=Jayamisena Gung
14 CK=Jayamisena
15 CK tidak menyebut Pancadriya tetapi langsung ke Anglingdriya
16 CK menyebut Kendiawan alias Resi Kenduyuhan sedangkan yang lain membedakannya.
17 CK menyebut Lembu Wijaya alias Panji Rawis atau Prabu Lelean sebagai nama untuk satu orang sementara NSCA dan MRST membedakannya, yakni Lembu Amiluhur, Rawisrangga dan Prabu Lelean. Adapun MSDK setelah menyebut nama Lembu Amiluhur keturunan ke bawahnya berbeda dengan naskah lain yakni Panji Asmarabangun, Rawis Rengga, Prabu Lelean, Mundingwangi, Jaka Suruh, lalu ke Prabu Siliwangi.
18 CK tidak menyebut nama Dewi Purbasari tetapi dari Ciung Wanara langsung ke Linggahiyang
19 CK tida menyebut nama Banyaklarang dan Banyakwangi, dari Susuktunggal langsung ke Mundingkawati.
20 CK tidak menyebut nama Anggalarang, dari mUndingkawati langsung ke Prabu Siliwangi.
21 Dalam kosmologi Pantun Sunda dikenal adanya Mandala Agung yakni termpat Sanghyang Tunggal berada. Mandala Agung ini berada di luar jangkauan pemahaman manusia karena Sanghyang Tunggal ini “tidak dapat dikatakan apa dan tidak dapat dijelaskan bagaiman”. Dalam agama Hindu-Buda yang pernah berkembang di Jawa BaratSang Hyang Tunggal ini disebut Sunya Suksma atau kekosongan agung. Ia adalah Esa Mutlak dalam dirinya, tak dapat dicapai oleh kodrat manusia. Maka, agar dirinya dikenal oleh manusia ia menurunkan dirinya dalam wujud Batara Sanghyang Kala, penguasa waktu. Dalam Pantun Sunda Sanghyang Kala ini juga disebut Dewa Batara Seda Niskala, Sang Hiyang Dewakala, atau Batara Seda. Dialah Dewa dari para Batara, dewa dari para dewa. Sehingga munculnya nama-nama Sanghyang dalam silsilah SGJ menunjukkan bahwa SGJ bukanlah manusia biasa dalam tradisi kosmologi Sunda, ia masih keturunan para nabi, sekaligus juga keturunan para dewa (Lihat Sumardjo, PR. 4 Pebruari 2001).
22 Dari Yarid, MSDK masih mencantumkan 4 keturunan yakni Makhnukh, Matusalh, Lamiq dan Nabi Nuh As lalu Syams, sementara MRST dari Yarid langsung ke Syams.
23 MRST, MSDK, CPCN dan PB mencantumkan Nabi Muhammad, sementara NSCA memulainya dari Siti Fatimah binti Muhammad
24 CPCN=Kasim al Malik
25 PB=Sayid Abdullah
26 Pada NSCA dan MRST dari Muhammad urutannya Alwi, Ali al Gazam, Muhammad lalu ke Alwi Amir Fakih. Pada CPCN dari Muhammad langsung ke Alwi, sementara pada PB dari Abdullah ke Alwi, Sayid Ali di Bait Juber, Sayid Ali Khali Gasam di Tahrim, lalu ke Muhammad.
27 Pada CPCN tidak tercantum nama Sekh Jalaludin, dari Amir langsung ke Jamaludin, sementara PB tertulis Ahmad Syah Jalal.
About this entry
You’re currently reading “Mengungkap Silsilah Sunan Gunung Jati,” an entry on Abah Tohar Hafidz
- Published:
- September 10, 2011 / 1:44 am
- Category:
- Balewatangan
- Tags:
12 Comments
Jump to comment form | comment rss [?] | trackback uri [?]